Senin, 24 September 2012

Pengertian Pantun

       Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (empat baris dalam penulisan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
     Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, biasanya berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud, selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 
     Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah pantun "versi panjang" (enam baris atau lebih).
a. Peran Pantun 
       Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar dan juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. 
       Dari segi sosial, pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Dikalangan remaja sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain. Berikut contoh pantun (sebenarnya adalah karmina) dari kalangan remaja: 

Mawar merah tumbuh di dinding 
Jangan marah, just kidding 

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
b. Struktur Pantun 
    Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi, terkadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun ini: 

Air dalam bertambah dalam 
Hujan di hulu belum lagi teduh 
Hati dendam bertambah dendam 
Dendam dahulu belum lagi sembuh 

       Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
c. Jenis-jenis Pantun
  • Pantun anak-anak 
  • Pantun remaja 
  • Pantun dewasa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar