Rabu, 10 Oktober 2012

GURUKU


     Waktu aku pertama masuk SMA, aku tertarik pada seorang guru yang mengajar Bahasa Indonesia yaitu Bapak Rahmadi. Saat aku masih duduk dikelas X beliau tidak mengajar, karena tugas beliau hanya mengajar di kelas XI dan XII. Satu tahun berlalu, akhirnya aku naik ke kelas XI yang kunantikan, dan akhirnya Bapak Rahmadi mengajar di kelasku.
     Beliau memiliki wajah yang tampan, rambut keriting, berkulit putih bersih, selain itu badan beliau juga tinggi, beliau adalah seorang guru yang baik, bahkan beliau tidak pernah marah pada muridnya. Beliau begitu sabar dan tulus dalam mengajar, karena beliau memiliki sifat yang baik, tak heran murid-murid di sekolah termasuk aku menyukai beliau dan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
      Waktu tidak terasa berlalu, saat aku naik ke kelas XII Bapak Rahmadi kembali mengajar di kelasku, cara beliau mengajar masih seperti dulu, jadi tidak heran saat nilai ulangan semester 2 nilai mata pelajaran Bahasa Indonesiaku yang paling tinggi di antara mata pelajaran yang lain.
     Setelah menjalani masa-masa sekolah menengah atas (SMA) selama tiga tahun, akhirnya aku lulus dengan hasil yang memuaskan, saat acara perpisahan dilaksanakan aku menangis  terharu karena harus berpisah dengan semua guru, termasuk Bapak Rahmadi, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang kukagumi.
       Sosok beliau yang begitu baik dan juga sabar takkan pernah kulupakan, saat masuk perguruan tinggi aku mendaftar di Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, berkat cara Bapak Rahmadi mengajar, aku menjadi sangat menyukai  mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan akupun memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jumat, 28 September 2012

Seragam Baru untuk Jarjit

Sudah tiga hari sejak kebakaran meluluh lantakkan rumah Jarjit, karena itulah Jarjit terpaksa berangkat ke sekolah tanpa menggunakan seragam seperti murid lainnya. Ibu guru tidak marah pada Jarjit, beliau memaklumi keadaannya, karena musibah kebakaran itulah Jarjit sering tidak fokus pada penjelasan yang dijelaskankan  oleh guru di dalam kelas.
Hari ini Ipin, Upin, Memei, dan Ihsan mengambil inisiatif untuk membuat sahabat mereka Jarjit kembali ceria, mungkin tidak bisa mengembalikan kehidupan Jarjit seperti semula, tetapi mereka akan berusaha mengembalikan senyum sahabat yang sangat mereka sayangi itu. Mereka berencana mengumpulkan uang untuk membelikan seragam baru untuk Jarjit, tetapi karena usia mereka yang masih kecil dan jatah uang saku yang terbatas, uang hasil patungan untuk membeli seragam akhirnya tidak cukup.
Mereka kembali dari pasar dengan wajah kecewa, tetapi mereka tidak putus asa, setelah lama berpikir akhirnya muncul ide dari Ihsan, untuk menutupi kekurangan uang, mereka meminta sumbangan dari teman-teman satu kelas mereka yang lain. Tidak disangka ternyata banyak yang menaruh perhatian yang luar biasa untuk Jarjit, karena bukan hanya menyumbangkan uang saja, mereka juga ikut pergi ke pasar dan meminta ikut mengunjungi Jarjit di rumah bibinya hari  itu.
Karena kebakaran menghanguskan seluruh rumah Jarjit dan isinya, dia terpaksa mengungsi ke rumah bibinya, rumah bibinya memang tidak terlalu jauh dari rumah Jarjit, tetapi bencana kebakaran hari itu tidak sampai mengenai rumah bibi Jarjit.
Ipin, Upin, Memei, Ihsan dan teman-teman satu kelasnya kembali ke pasar, sesampainya di pasar mereka bergegas menuju toko khusus perlengkapan sekolah milik Kak Ros yang tadi sempat mereka kunjungi. Upin, Ipin, dan kawan-kawan segera mengambil beberapa lembar seragam dan celana sekolah untuk Jarjit, setelah selesai membeli seragam baru untuk Jarjit mereka beramai-ramai menuju ke kasir untuk membayar.
Karena merasa heran akan kedatangan mereka yang beramai-ramai, Kak Ros pemilik toko akhirnya bertanya, Upin menjelaskan perihal musibah yang dialami sahabat mereka Jarjit dan mengenai inisiatif mereka membelikan seragam baru untuknya. Kak Ros merasa terharu atas apa yang mereka lakukan, diapun bertanya apakah ada yang bisa dia bantu untuk menolong mereka. Sebuah pikiran melintas diotak Ipin, semula mereka ingin membelikan seragam dan sepatu untuk Jarjit, tetapi karena uang yang mereka kumpulkan kurang akhirnya mereka batal membelikan sepatu dan hanya membelikan seragam untuk Jarjit.
Ipin memberanikan diri berkata kepada Kak Ros agar beliau bersedia menghadiahkan salah satu sepatu di tokonya untuk Jarjit. Ternyata Kak Ros bersedia dengan senang hati memberikannya.
Sepulangnya dari pasar mereka membawa senyum gembira. Hari mulai menginjak sore, Upin, Ipin dan kawan-kawan menuju rumah bibi Jarjit untuk memberikan seragam dan sepatu baru untuknya.
Sesampainya mereka disana, Jarjit menyambut mereka dengan wajah sedikit terkejut, tetapi dia segera mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah bibinya. Ketika mereka sudah duduk di ruang tamu, Upin segera memberikan plastik hitam berisikan seragam dan sepatu baru kepada Jarjit, saat membukanya Jarjit terharu dan menitikkan airmata kemudian Jarjit langsung mengucapkan terima kasih.
Ayah dan ibu Jarjit yang melihatnya juga ikut terharu, bukan hanya memberikan seragam dan sepatu baru untuk Jarjit, tetapi mereka juga memberikan hadiah yang tidak ternilai dan bisa ditaksir  harganya untuk Jarjit, yaitu persahabatan.

Senin, 24 September 2012

Pengertian Pantun

       Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (empat baris dalam penulisan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
     Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, biasanya berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud, selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 
     Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah pantun "versi panjang" (enam baris atau lebih).
a. Peran Pantun 
       Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar dan juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. 
       Dari segi sosial, pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Dikalangan remaja sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermain dengan kata. Seringkali bercampur dengan bahasa-bahasa lain. Berikut contoh pantun (sebenarnya adalah karmina) dari kalangan remaja: 

Mawar merah tumbuh di dinding 
Jangan marah, just kidding 

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
b. Struktur Pantun 
    Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi, terkadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun ini: 

Air dalam bertambah dalam 
Hujan di hulu belum lagi teduh 
Hati dendam bertambah dendam 
Dendam dahulu belum lagi sembuh 

       Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku.
c. Jenis-jenis Pantun
  • Pantun anak-anak 
  • Pantun remaja 
  • Pantun dewasa